SuksesPos.com, Jakarta - Lembaga Konsultan Politik Indonesia (LKPI) merilis hasil survei terhadap 3 kandidat paslon cagub DKI. Hasilnya, elektabilitas Agus Yudhoyono beda tipis dengan Anies Baswedan, sementara elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sedikit di bawah keduanya.
Dalam survei yang dilakukan terhadap 600 orang responden itu, elektabilitas Agus 26,8 persen dan Anies 26,2 persen. Sementara elektabilitas Ahok berada pada angka 25,8 persen. Ada 21,2 persen yang belum menentukan pilihan.
"Jika Pilkada dilaksanakan hari ini, paslon Agus-Sylvi akan meraih 26,8 persen suara, Anies-Sandi 26,2 persen suara. Sementara Basuki-Djarot 25,8 persen suara," kata Direktur Riset LKPI Tatak Ujiyati di Hotel Sofyan Betawi, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (2/2/2017).
Responden diambil dengan metode multistage random sampling dari warga DKI Jakarta yang telah berusia di atas 17 tahun dan terdaftar sebagai pemilih. Wawancara dilakukan tatap muka yang dipandu dengan kuesioner pada tanggal 13-26 Januari 2016. Margin of error sebesar 3,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurut Tatak, responden punya alasan tersendiri yang digunakan untuk memilih masing-masing pasangan calon. Pemilih paslon Agus-Sylvi sebanyak 27,6 persen memilih karena menilai pasangan nomor urut 1 itu tegas.
Untuk pasangan Ahok-Djarot, sebanyak 61,8 persen pemilihnya mengaku mendukung pasangan nomor urut 2 itu karena pengalamannya. Sementara pemilih Anies-Sandiaga paling banyak 18 persen memilih mereka karena visi,misi dan programnya.
"Saat ditanya, pemilih Ahok-Djarot itu sudah menentukan pilihannya sejak awal. Pasangan Agus-Sylvi mulai memilih semenjak kampanye. Artinya kampanye ini efektif untuk Agus-Sylvi tapi tidak bagi Ahok-Djarot," tutur Tatak.
"Pemilih Agus-Sylvi cenderung masih lebih labil," sambungnya.
Selain peta dukungan, survei ini juga mengukur kepuasan masyarakat kinerja lembaga penyelenggara pilkada. Sebanyak 49,6 persen responden menilai kinerja KPUD 'biasa saja'.
"Sementara 39,1 persen menilai KPUD memuaskan, jika ditambah dengan yang sangat memuaskan jadi 45 persen," ujarnya.
"Sementara Panwas banyak yang mengatakan biasa saja, lebih banyak daru KPUD. Di sini KPUD performnya dinilai lebih baik," imbuh tatak.
Sementara Direktur Eksekutif LKPI Dendi Susianto mengatakan pemilih dalam pilgub DKI punya karakter yang rasional. Di tengah persaingan yang sangat ketat, Dendi menilai sedikit saja kecurangan pilkada dapat mengubah kemenangan satu calon.
"Penyelenggara harus waspada hasil ini. Sangat rawan terhadap kecurangan," ujar Dendi di lokasi yang sama.
Menurut dia ada 2 macam kecurangan yang mungkin terjadi yakni kecurangan di dalam TPS maupun di luar TPS.
"Maka hal yang perlu dilakukan paslon adalah memastikan masing-masing pendukung mencoblos. Saya bisa katakan untuk DKI ini, sampai akhir tidak ada paslon yang bisa duduk manis. Karena masih ada 21,2 persen suara masih belum menentukan. Masih sangat cair, swing voter masih sangat tinggi," urai Dendi.
Surve ini juga dilakukan terhadap berbagai latar belakang responden salah satunya responden yang mengaku NU. Dari hasil itu ada 20,8 persen masyarakat NU yang mengaku mendukung Ahok. Dendi mengatakan, insiden pada sidang ke-8 Ahok kemarin tidak akan terlalu banyak menggangu perolehan suaranya. Namun dia tetap menganjurkan agar Ahok lebih berhati-hati dalam menjaga pendukungnya.
"Sementara usai aksi 212 pendukung Ahok tetap segitu aja. Aksi 212 itu tsunami untuk Ahok. Isu NU cuma riak saja, nggak akan menjadi (suara berkurang) separuhnya," ungkapnya.
Survei juga memotret kemungkinan adanya putaran kedua. Dari hasil itu, Tatak mengatakan Anies-Sandiaga berpotensi menang terhadap para lawannya di putaran kedua.
"Anies melawan Agus maka Anies akan unggul 38,5 persen dan Agus 31 persen. Anies melawan Basuki, Anies akan menang 45,2 persen dan Basuki 29,5 oersen. Sementara Agus melawan Ahok akan menang Agus dengan 43,3 persen dan Basuki 31,6 persen," jelas Tatak.(dtc).
0 komentar: