Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan dan Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengembangkan model media video dan televisi untuk pendidikan dan kebudayaan melalui model video tutorial untuk guru sekolah inklusi.

Kepala Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan dan Kebudayaan Pustekkom Kemendikbud Abu Khaer mengatakan, peranan guru cukup sentral sebagai mana tertuang dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Akademik dan Kualifikasi Guru. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh profesi guru yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
Pemahaman terhadap perbedaan karakteristik peserta didik dalam memberikan layanan pendidikan untuk semua (education for all) merupakan sebuah kompetensi yang idealnya dimiliki profesi guruterlebih dengan konsep pendidikan inklusi, katanya.
Dia menambahkan, pengembangan prototipe model video tutorial untuk guru sekolah inklusi yang sedang dilakukan baru untuk jenjang sekolah dasar, sementara jenjang yang lain bisa dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.
Analisis kebutuhan (need assessment) dilaksanakan terhadap kepala sekolah dan guru di 29 SD yang tersebar di 9 provinsi yaitu: Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Simpulan hasil analisis kebutuhan adalah masih terdapat kesenjangan dalam proses pembelajaran di SD Inklusi, terangnya.
Lanjut Abu Khaer, kendala yang dihadapi dalam penerapan sekolah inklusi mulai dari kurangnya pemahaman guru kelas terhadap karakteristik anak berkebutuhan khusus (ABK), guru kelas belum memahami kegiatan belajar mengajar di sekolah inklusi, kurangnya tenaga guru pendamping khusus (GPK).
Belum lagi kurangnya peran serta orang tua ABK dalam menunjang pendidikan inklusi di sekolah dan beragamnya jenis ABK yang diterima di sekolah. Produk prototipe video sudah diujicobakan pada kelompok sasaran terbatas di sejumlah lokasi dan hasilnya diseminarkan 18 November 2016.
Pemahaman terhadap perbedaan karakteristik peserta didik dalam memberikan layanan pendidikan untuk semua (education for all) merupakan sebuah kompetensi yang idealnya dimiliki profesi guruterlebih dengan konsep pendidikan inklusi, katanya.
Dia menambahkan, pengembangan prototipe model video tutorial untuk guru sekolah inklusi yang sedang dilakukan baru untuk jenjang sekolah dasar, sementara jenjang yang lain bisa dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.
Analisis kebutuhan (need assessment) dilaksanakan terhadap kepala sekolah dan guru di 29 SD yang tersebar di 9 provinsi yaitu: Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Simpulan hasil analisis kebutuhan adalah masih terdapat kesenjangan dalam proses pembelajaran di SD Inklusi, terangnya.
Lanjut Abu Khaer, kendala yang dihadapi dalam penerapan sekolah inklusi mulai dari kurangnya pemahaman guru kelas terhadap karakteristik anak berkebutuhan khusus (ABK), guru kelas belum memahami kegiatan belajar mengajar di sekolah inklusi, kurangnya tenaga guru pendamping khusus (GPK).
Belum lagi kurangnya peran serta orang tua ABK dalam menunjang pendidikan inklusi di sekolah dan beragamnya jenis ABK yang diterima di sekolah. Produk prototipe video sudah diujicobakan pada kelompok sasaran terbatas di sejumlah lokasi dan hasilnya diseminarkan 18 November 2016.
0 komentar: